Senin, 15 Juli 2013
PENULISAN NASKAH
BAB II
PEMBAHASAN
PENULISAN NASKAH
Dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, tentunya kita
membutuhkan sebuah media yang dipilih. Supaya materi intruksional itu dapat
disampaikan melalui media itu, materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan
atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah adalah bentuk tertulis dari
pemikiran seseorang atau kelompok orang yang telah disistemasikan dan
dimaksudkan untuk menyampaikan pesan (message) demi tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan.[2]
Naskah program media bermacam-macam, tiap-tiap jenis mempunyai
bentuk yang berbeda. Tetapi pada dasarnya, maksud dalam naskah tersebut sama
yaitu sebagai penuntun ketika kita memproduksi program media itu. Artinya,
naskah tersebut menjadi penuntun kita dalam mengambil gambar dan merekam suara.
Naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera serta
bunyi dan suara yang harus direkam.
Pada umumnya, lembaran
naskah dibagi menjadi dua kolom. Pada naskah media audio (radio dan kaset)
kolom sebelah kiri merupakan seperempat bagian halaman dan pada kolom ini
dituliskan nama pelaku, dan jenis suara yang harus direkam. Kolom sebelah kanan
berisi narasi atau percakapan yang harus di baca oleh para pelaku, nama, lagu,
dan suara-suara yang harus direkam.
Pada naskah film bingkai, film, dan video atau TV lembar naskah itu
dibagi dua sama lebar. Kolom sebelah kiri dicantumkan urutan gambar yang harus
diambil kamera serta penjelasan tentang sudut pengambilan gambar itu. Pada
kolom sebelah kiri itu akan dapat dibaca apakah gambar harus diambil dalam
close up, medium shot, dan sebagainya. Kalau gambar harus diambil dari kiri
bergerak ke kanan, atau dari bawah ke atas, atau dari jauh mendekat, dan
sebaliknya, hal-hal seperti itu dijelaskan juga di kolom sebelah kiri. Di kolom
sebelah kanan dituliskan narasi atau percakapan yang harus dibaca para pelaku,
serta musik dan suara yang harus direkam.
Dalam menuliskan naskah semua informasi yang
tidak akan disuarakan (dibaca bersuara) oleh pelaku harus ditulis dengan huruf
besar sementara itu, narasi dan percakapan yang akan dibaca oleh pelaku ditulis
dengan huruf kecil.
Ada
juga yang menyatakan bahwa secara umum naskah dapat dibedakan dalam dua bentuk
naskah media pembelajaran, yaitu:[3]
1.
Naskah media audio dan naskah audio visual, pada
media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan sebagai outline dari
program media yang akan dibuat. Naskah merupakan pedoman tertulis yang berisi
informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam
pembuatan media.
2.
Media berbasis cetakan, menulis naskah
sesungguhnya merupakan kegiatan menyusun media/prototype media itu sendiri,
seperti modul, dan buku ajar.
Naskah untuk program media perlu disusun, karena melalui naskah,
tujuan pembelajaran dan materi ajar dituangkan dengan kemasan sesuai dengan
jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar sesuai dengan keperluan.
Selain itu, naskah menjadi pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat program.
B.
Treatment[4]
Sebelum naskah ditulis kita harus menuliskan treatmentnya dulu. Treatment
adalah uraian berbentuk esei yang menggambarkan alur penyajian program kita.
Dengan membaca treatment ini kita akan dapat mempunyai gambaran tentang urutan
visual yang akan nampak pada media serta narasi atau percakapan yang akan menyertai
gambar itu. Bila musik dan efek suara akan digunakan, hal tersebut akan tergambar juga
dalam treatment ini.
Sebuah treatment yang baik selain memberi
gambaran tentang urutan adegan juga memberikan
gambaran suasana atau mood dari program media itu. Treatment ini
biasanya digunakan oleh pemesan naskah dan penulis naskah dalam mencari
kesesuaian pendapat mengenai alur penyajian program media yang akan diproduksi.
Setelah treatment disetujui, treatment tersebut digunakan sebagai pedoman dalam
pengembangan naskah selanjutnya.
Contoh: Program diawali dengan munculnya seorang siswa yang sedang memegang
kamera. Dari jauh ia kelihatan sedang mengamati kamera itu; nampaknya sedang
mencari-cari sesuatu. Setelah di zoom in ke medium shot nampak jelas bahwa ia
sedang mencari-cari bagaimana cara membuka kamera itu untuk mengisi filmnya.
Pada saat ia menemukan kunci pembuka itu dan penutup kamera sudah mulai
terbuka, gambar di close up pada tangan dan kamera itu.
Gambar ditahan dan disuper-impose dengan grafis yang
berbunyi “ bagaiman memasang film?” gambar ditahan terus sehingga credit
title habis. Dari awal sampai credit title habis music mengiringi
sebagai latar belakang. Dan sebagainya.
C.
Penulisan Naskah Audio[5]
Media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan
suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah
dan menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada
pendengarnya. Karena itu, suatu program audio akan sangat efektif bila dengan
menggunakan bunyi dan suara kita dapat merangsang pendengar untuk menggunakan
daya imajinasi sehingga ia dapat memvisualkan pesen-pesan yang ingin kita
sampaikan. Media audio ini meliputi radio, kaset audio dan laboratorium bahasa.
Dalam menulis naskah
atau skrip program audio, terlebih dahulu kita harus membuat garis besar
jalannya isi naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan sebelumnya
penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses perekaman suara.
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan pada saat kita akan membuat naskah program audio,
diantaranya adalah:
1. Pesan
harus relevan dengan karakteristik kelompok sasaran, tidak hanya satu atau
bagi segelintir individu atau kelompok tertentu. Pesan hendaknya memperhatikan
kepentingan bersama.
2. Persoalan
adaftasi, menjadi hal terpenting
karena sebuah pesan harus sesuai dengan karakteristik orang yang berbeda-beda[6]
Media audio adalah media
yang menyajikan informasi dalam bentuk audio atau suara dan untuk menerima
informasi tersebut menggunakan indra pendengaran. Format audio yang dapat
disajikan adalah suara manusia (narative), musik, lagu/vocal, dan sound efeck.[7]
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti bila kita
menulis naskah program media audio.
1.
Bahasa. Bahasa
yang digunakan didalam media audio adalah bahsa percakapan, bukan bahsa tulis.
Kalimat-kalimat yang digunakan sedapat mungkin kalimat tunggal,
kalimat yang pendek. Kalimat yang panjang
sulit di tangkap oleh telinga. Sedapat mungkin kita menghindarkan
istilah yang sulit.
2.
Musik
dalam program audio. Program audio hanya mengandalkan kepada bunyi dan suara saja. Agar
pendengar tidak bosan mendengarkan program kita dan program kita tidak terasa
kering, kita perlu menggunakan music. Fungsi music yang utama dalam hal ini
adalah menciptakan suasana. Karena itu, music perlu dipilih dengan hati-hati
Berikut
ini berbagai jenis music yang digunakan dalam program audio.
a.
Musik
tema. Musik tema adalah music yang menggambarkan watak atau situasi suatu
program. Musik tema sering kali diulang-ulang dalam suatu program. Setiap kali
watak atau situasi yang diinginkan itu ingin di tonjolkan, music tema itu
diperdengarkan. Music tema dapat digunakan sebagai music pengenal studio (biasanya digunakan setiap kali studio itu
mulai mengudara dan pada saat penutupan acara, sebelum hilang dari udara), music pengenal program (digunakan pada awal dan pada akhir suatu program serial), atau musik pengenal tokoh dalam suatu cerita bersambung.
b. Musik transisi. Musik ini digunakan sebagai penghubung dua adegan. Musik
ini tidak perlu panjang, 20 s/d 20 menit sudah cukup. Musik transisi ini harus
sesuai dengan suasana rata-rata dari program kita.
c. Musik jembatan (bridge). Musik ini merupakan bentuk khusus dari
musik transisi, yaitu berfungsi menjembatani dua buah adegan. Musik ini
digunakan bila suasana adegan terdahulu berbeda dengan adegan yang
mengikutinya. Kalau suasana adegan terdahulu adalah suasana sedih, sedangkan
suasana berikutnya gembira, musik jembatan ini harus diawali dengan suasana
gembira dan diakhiri dengan suasana gembira.
d.
Musik latar belakang. Musik ini digunakan
untuk mengiringi pembacaan teks atau percakapan. Maksudnya supaya teks dapat
lebih meresap kehati pendengar karena musik ini dapat memberikan variasi-variasi,
memberi tekanan dan menciptakan suasana. Bila kita menggunakan musik latar
belakang atau musik pengiring, musik itu harus dipilih yang betul-betul sesuai
dengan suasana yang ingin diciptakan. Musik pengiring biasanya musik
instrumentalia. Musik pengiring tidak boleh terlalu keras, terlalu lemah,
ataupun brubah-ubah dari lemah ke keras.
e.
Musik smash. Musik smash adalah musik yang
digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Musik ini digunakan dengan
singkat tetapi pada saat yang tepat. Tidak baik apabila kita menggunakan musik
smash terlalu sering.
3. Keterbatasan daya konsentrasi
Berdasarkan penelitian yang pernah diadakan, daya konsentrasi orang dewasa
untuk mendengarkan berkisar anatara 25 s/d 45 menit, sedangkan pada anak-anak
hanya 15 s/d 25 menit. Karena itu, tidaklah bijaksana untuk membuat program
media audio terlalu panjang. Satu program audio yang panjang 15 menit mungkin
cukup disajikan tiga konsep saja.
4. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam naskah. Istilah-istilah yang
biasa digunakan dalam penulisan naskah
audio diuraikan dibawah ini:
ANNAONCER (ANN)
|
-
Penyiar yang bertugas memberi tahu bahwa
sesuatu acara atau suatu program akan disampaikan
|
NARRATOR (NAR)
|
-
Hampir sama dengan penyiar atau an-nouncer,
bedanya apa yang dibaca Narrator ini sudah memasuki materi program. Ia
mungkin akan menginformasikan tentang pokok bahasan serta tujuan yang akan
dicapai dalam program yang akan disajikan. Narrator sering kali ditugaskan
menghubungkan adegan satu dengan adegan yang lainnya dalam suatu program.
|
MUSIK
|
-
menunjukan kepada sutradara bahwa dibaris
itu harus di selipkan musik
|
SOUND EFFECT (FX)
|
-
suara-suara yang akan dimasukan kedalam
program untuk mendukung terciptanya suasana atau situasi tertentu. Fx juga
digunakan untuk menunjukan setting. Misalnya, bunyi kambing mengembik dan
ayam berkotek, menunjukan bahwa adegan itu terjadi di perdesaan didekat
kandang kambing dan ayam.
|
FADE IN
|
-
petunjuk bagi sutradara dan pemain atau
pelaku bahwa harus diciptakannya situasi seolah-olah ada orang datang
mendekat. Caranya pelaku harus membaca teks dengan menggerakan mulutnya,
mula-mula jauh dari mike makin lama makin mendekati mike
|
FADE OUT
|
-
kebalikan dari fade in. Harus diciptakan
situasi seolah-olah ada orang yang pergi menjauh. Caranya pelaku harus
membaca teks sambil menggerakan mulutnya menjauhi mike
|
OFF MIKE
|
-
harus diciptakan situasi seolah-olah ada
orang berbicara dari jauh. Caranya pelaku harus membaca teksnya dengan
menjauhkan mulutnya dari mike
|
CROSS FADE
|
-
dua bunyi yang berpapasan. Yang berpapasan
dapat musik, dapat juga musik dengan FX. Pada saat bunyi pertama diperlemah
bunyi kedua masuk dengan lemah. Bunyi pertama makin melemah, bunyi kedua
makin menguat, sehingga pada saat bunyi pertama hilang yang terdengar tinggal
bunyi yang kedua saja
|
MUSIK
|
-
IN – UP – DOWN – OUT
-
Musik dimasukan denga lemah, suara diperkuat,
kemudian turun lagi, akhirnya hilang dengan halus.
|
MUSIK
|
-
IN – UP – DOWN – UNDER
-
Setelah musik diperlemah ditahan terus untuk
melatar-belakangi adegan
|
MUSIK
|
-
Background
-
Smash
-
Tema
-
Transisi
-
Jembatan
|
Contoh Format Naskah Audio:
No
|
Pelaku / jenis suara
|
Teks / Suara
|
10
|
MUSIK
|
IN-UP-DOWN-OUT
|
11
|
POYO
|
Hem, panas benar hari ini. Sebaiknya kubuka saja bajuku.
Sur.........surti.....................
|
12
|
SURTI
|
(OOF MIKE). Ada pa sih ? (FADE IN)
Datang-datang, teriak-teriak, kayak memanggil orang tuli saja.
|
13
|
POYO
|
Udaranya sangat panas. Saya haus sekali,. Mana minumku
|
14
|
SURTI
|
Kan sudah saya sediakan diatas meja
|
15
|
POYO
|
Oh,, iya
|
16
|
FX
|
TUTUP GELAS BERGESER DARI GELAS, SUARA ORANG MINUM.
|
17
|
POYO
|
Wah,, segar sekali minumannya.
|
18
|
DST
|
Dan seterusnya.
|
D.
Penulisan Naskah
Film Bingkai[8]
Berbeda dengan
program audio, pada film bingkai pesan dapat disampaikan melalui dua saluran,
yaitu audio dan visual. Karena itu, menulis naskah program bingkai tidak
diperlukan narasi atau percakapan yang panjang-panjang seperti dalam program
audio. Informasi yang sudah dapat diberikan oleh visual tidak perlu diberikan
lagi oleh narasinya.
Ada dua macam naskah
dalam media film bingkai, yaitu shooting
script dan story board script.
Baik dalam shooting script maupun
pada story board script lembar naskah
dibagi menjadi dua kolom yang sama besarnya. Kolom sebelah kiri untuk visual
dan kolom sebelah kanan untuk narasi dan suara yang diperlukan misalnya music
atau FX.
Perbedaan shooting script dan story board script
SHOOTING SCRIPT
NO
|
VISUAL
|
AUDIO
|
1
2
3
4
5
|
Judul
LS. Sawah dengan bukit sebagai latar belakang
MS satu petak sawah dengan padi menghijau
Dan seterusnya
|
(MUSIK)
(SUARA LAKI-LAKI)
Inilah sawahku.
Disinilah semuanya terjadi ......
Dan seterusnya
|
STORY BOARD SCRIPT
NO
|
VISUAL
|
AUDIO
|
1
2
3
4
5
|
LS
MS.
Dan seterusnya
|
(MUSIK)
(SUARA LAKI-LAKI)
Inilah sawahku
Disinilah semuanya
terjadi…
Dan seterusnya
|
Dari
gambar tersebut jelas bahwa perbedaan itu terletak pada kolom visualnya. Pada story board script kolom visual diisi
dengan gambar, dedangkan pada shooting
script kolom visual diisi dengan deskripsi atau keterangan tentang visual
yang harus diambill dengan kamera. Baik pada shooting script dan story
board script pada kolom visual dicantumklan juga tanda-tanda yang berkaitan
dengan lingkup dan sudut pengambilan gambar (camera angle), misalnya LS, MS, CU, high angle, low angle,dan eye level.
Berikut
ini beberapa petunjuk tambahan dalam penulisan naskah film bingkai :
- Sedapat mungkin pesan yang akan
disampaikan dinyatakan dlam bentuk visual. Jadi, kita harus dapat
menvisualkan gagasan, konsep, peristiwa, dan sebagainya dalam bentuk
gambar. Karena itu di dalam menulis naskah seyogyanya kolom visual diisi
dulu. Narasi disusun, kemudian untuk melengkapi hal-hal yang sulit
diungkapkan dengan visual saja.
- Bahasa yang digunalan dalam narasi
adalah bahasa lisan bukan bahasa tulis.
- Fungsi music dalam program film
bingkai agak berbeda dengan fungsinya dalam program audio. Music dalam
program film bingkai biasanya dipakai pada awal dan akhir program. Music
yang digunakan ditengah program biasanya digunakan untuk selingan, atau
kadang-kadang untuk mengiringi gambar atau grafis yang disajikan tanpa
narasi.
- FX tidak begitu digunakan dalam program film bingkai.
Beberapa istilah
teknis dalam naskah film bingkai:
1)
Visual :
Close up (CU)
|
gambar diambil dari jarak dekat,
biasanya hanya sebagian kecil dari obyeknya saja yang termasuk kamera.
|
Extreme close UP (ECU/XCU)
|
lebih dekat dari pengambilan gambar untuk CU. Yang
masuk kamera mungkin hanya hidung dan bibirnya saja atau ujung/ tumit
sepatunya
|
Medium Shot (MS)
|
gabar diambil dari jarak sedang . kalau objeknya orang, separuh
badanya terkena.
|
Long Shot (LS)
|
gambar diambik dari jarak jauh. Sebelum obyek terkena, latar
belakang objek itu pun terkena juga.
|
Extreme long (Shot (ELS/XLS)
|
gambar diambil dari jarak lebih jauh lagi. Yang dipentingkan
bukan mengambil objeknya tetapi latar belakang objek itu. Dengan demikian
dapat diketahui posisi objek itu terhadap lingkungannya.
|
Low angle
|
diambil dari bawah. Dilakukan untuk mem[eroleh gambar yang
memberi kesan berwibawa, kuat atau dominan.
|
High angle
|
diambill dari atas. Dilakukan untuk memperoleh gambar yang
memberi kesan kecil.
|
Eye level
|
kamera setinggi mata objek yang difoto. Memberi kesan wajar.
|
2)
Audio
Arti istilah-istilah yang diapaki
pada naskah film bingkai sama dengan istilah yang dipakai dalam naskah audio
Istilah audio yang
sering dipakai dalam naskah film bingkai adalah NAR, FX, FADE IN-FADE OUT
(untuk music); MUSIK
3)
Istilah-istilah lain
Caption
|
Tulisan grafis
yang perlu untuk penjelasan
|
Credit title
|
sederetan caption
yang menyatakan judul program, penulisan naskahm sutradara, pengambilan
gamnbar, pembaca naskah dan sebagainya
|
E.
Penulisan Naskah
Film dan Video[9]
Penulisan
naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian
dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan
desain, pengembangan, serta evaluasi.
Seperti
halnya penulisan pada umumnya,
penulisan naskah film maupun viseo juga dimuali dengan identifikasi topic atau
gagasan. Dalam pengembagan instruksional, topic maupun gagasan dirumuskan dalam
tujuan khusus kegiatan instruksional atau pembelajaran. Konsep gagasan, topic,
maupun tujuan yang khusus kemudian dikembangkan menjadi naskah dan diproduksi menjadi
film atau video. Dalam praktik, rangkaian kegiatan untuk mewujudkan gagasan
menjdi program film atai video ini secara bertahap dilakukan melalui pembuatan
synopsis, treatment, storyboard atau perangkat gambar cerita, skrip ata naskah
program dan scenario atau naskah produksi.
1. Synopsis. Dalam praktik,
synopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara singkat dan padat tentnag
tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah
pemesan menangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan
yang ingin dicapainya, dan menentukan persetujuannya.
2. Treatment. Agak berbeda dengan
synopsis , treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara deskriptif (bukan
tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa
instruksional (instructional event)
nantinya akan digarap sebagai ilustrasi pembanding.
3. Storyboard. Rangkaian kejadian
seperti dilukiskan dalam treatment tersebut kemudian divisualkan dalam
perangkat gambar atu sketsa sederhana pada kartu berukuran lebih kurang 8x12
cm. Tujuan pembuatan sstoryboard antara lain adalah untuk melihat apakah tata
urutan peristiwa yang akan divisualkan telah sesuai dengan garis cerita (plot)
maupun sekuen belajarnya. Di saming itu, juga untuk melihat apakah kesinambungan
(kontinuitas) arus ceritanya sudah lancer. Storyboard juga dapat dipergunkan
sebagai momen-momen pengambilan (shots) menggantikan apa yang lazim disebut
“shooting breakdowm”.
4. Skrip atau naskah
program. Keterangan-keterangan yang didapat dari
hasil eksperimen coba-coba dengan storyboard tersebut kemudian dituangkan dalam
bentuk skrip atau naskah program menurut tata
urutan yang dianggap sudah benar. Dalam pembuatan program film maupun video,
skrip atau naskah program merupakan daftar rangkaian peristiwa yang akan
dipaparkan gambar demi gabar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan
perilaku belajar yang ingin dicapai. Format penulisan skrip atau naskah untuk
program film atau video pada prinsipnya sama, yakni dalam bentuk skontro atau
halaman berkolom dua; sebelah kiri untuk menampilkannn bentuk visualnya dan
sebelah kanan untuk segala sesuatu yang berhubugnan dengan suara termasuk
dialog, narasi, music maupun efek suara. Tujuan utama skrip atau naskah adalah
sebagai peta atau bahan pedoman bagi sutradara dalam mengendalikan penggarapan
substansi materi ke dalam suatu program. Karena itu skrip yang baik akan
dilengkapi dengan tujuan, sasaran, synopsis, treatment, dan bila berperan yang
telibat didalamnya.
5. Scenario. Bila diatas
disebutkan bahwa sjrip terutama ditujukan untuk bahan pegangan sutradara,
scenario lebih merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau
pembuatan programnya. Scenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat
produksi yang kan melaksanakan dengan tanggung jawab teknis operasional. Dalam
scenario inilah beda antara film dan video akan tampak karena video mempunyai
efek visual tertentu yang tidak di,iliki oleh media film, misalnya dissolve,
wipe, superimpose, split, image, dan sebagainya. Pengaruh lain yang juga akan
tercermin dalam penulisan scenario adalah beda dalam pendekatannya. Bila dalam pendekatan filmis
perpindahan umumnya bersifat ‘cut-to-cut’
dan pengambilannya boleh meloncat-meloncat denga pengelompokkan menurut keadaan
waktu, acara, lokasi, maupun sifatnya (didalam atau di luar gedung/studio),
perpindahan dan pendekatan video dapat transisional dan berdifat sekuensial.
Dengan singkat,scenario untuk program video mempergunakan lebih banyak istilah
atau “bahasa” produksi dan petunjuk-petunjuk teknis operasional bagi kerabat
dan teknisi produksi.
BAB
IIII
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah membaca dan mencoba memahami
kami dapat menyimpulkan bahwasanya : Naskah
adalah bentuk tertulis dari pemikiran seseorang atau kelompok orang yang telah
disistemasikan dan dimaksudkan untuk menyampaikan pesan (message) demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Artinya, naskah tersebut menjadi penuntun kita dalam mengambil
gambar dan merekam suara. Naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu
diambil oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.
secara
umum naskah dapat dibedakan dalam dua bentuk naskah media pembelajaran, yaitu :
1. Naskah media audio dan
naskah audio visual, pada media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan
sebagai outline dari program media yang akan dibuat.
2. Media berbasis cetakan,
menulis naskah sesungguhnya merupakan kegiatan menyusun media/prototype media
itu sendiri, seperti modul, dan buku ajar.
Sebelum naskah ditulis kita harus menuliskan treatmentnya dulu.
Treatment adalah uraian berbentuk esei yang menggambarkan alur penyajian
program kita.
Penulisan naskah
secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian
dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan
desain, pengembangan, serta evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2011, hal: 99
Sadiman, Arif.
dkk, Media Pendidikan, (Jakarta; PT. Raja Grafindo, 2011) hlm 115
Yudhi Munadi, Media
Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press,
2010, hal: 77
Umitp08.blogspot.com/2010/04/naskah-media-pembelajaran.html
[1] Arif Sadiman
dkk, Media Pendidikan, (Jakarta; PT. Raja Grafindo, 2011) hlm 115
[3] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2011, hal: 99
[4] Opsit, hlm
117
[5] ibid
[6] Yudhi Munadi, Media
Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press,
2010, hal: 77
[7] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, hal: 100
[8] Opsit, hlm
135
Langganan:
Postingan (Atom)