Senin, 15 Juli 2013

Strategi Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, dan guru sebagai salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan. Tugas utama seseorang guru ialah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, oleh sebab itulah tanggung jawab keberhasilan pendidikan berada di pundak guru. Guru sebagai juru mudi dari sebuah kapal, mau kemana arah dan haluan kapal dihadapkan, bila juru mudinya pandai dan terampil, maka kapal akan berlayar selamat sampai tujuan. Gelombang dan ombak sebesar apa pun akan dapat dilaluinya dengan tenang dan bertanggungjawab.
Demikian pula halnya seorang guru, agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru yang memahami dan menghayati profesinya, dan tentunya guru yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif, guru mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk menjadi guru profesional juga diperlukan pendidikan dan pelatihan serta pendidikan khusus.
Perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai atau pengalih pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge), serta merupakan satu-satunya sumber belajar, berubah peran menjadi pembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memberlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.
Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti cara bertindak bagaimana yang paling tepat, bahan belajar apa yang paling sesuai, metode penyajian bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkah-langkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling tepat, dan strategi yang baik.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenang- kan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam ber- bagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberha- silan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan peru- sahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan me- nerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat meme- nangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
B.     Rumusan Masalah
Penyusun membatasi beberapa hal untuk lebih mengarahkan permasalahan ini, kepada:
1.      Apa yang disebut strategi pembelajaran?
2.      Apa bedanya strategi dengan model, pendekatan,  metode, dan teknik pembelajaran?
3.      Apa saja yang termasuk klasifikasi strategi pembelajaran?
4.      Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran?
5.      Bagaimana cara menentukan strategi pembelajaran?
6.      Apa prinsip dalam pemilihan strategi pembelajaran?
7.      Bagaimana penggunaan strategi pembelajaran?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud strategi pembelajaran
2.      Untuk mengetahui perbedaan strategi dengan model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
3.      Untuk mengetahui klasifikasi strategi pembelajaran
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran
5.      Untuk mengetahui cara menentukan strategi pembelajaran
6.      Untuk mengetahui prinsip dalam pemilihan strategi pembelajaran
7.      Untuk mengetahui penggunaan strategi pembelajaran
D.    Metode Penulisan
Penyusun menggunakan metode deskriptif dalam pembuatan karya tulis ini. Yaitu, metode yang berdasarkan pengumpulan buku-buku (study kepustakaan) dan media komunikasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan nantinya menjadi pegangan dan sumber.


BAB II
PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

A.    Pengertian Strategi Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara pengunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik, dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai factor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to archieve a particular education goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dibawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran :
·         Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
·         Kozma (dalam Sanjaya, 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
·         Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya, dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
·         Dick dan Carey (dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
·         Cropper (dalam Wiryawan dan Noorhadi, 1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dipraktikkan.
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian diatas. Pertama, strategi  pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses-penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
B.     Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik Pembelajaran
Arends menyatakan istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan system pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Menurut Pupuh (2007) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin efektif kegiatan pembelajaran. Tentunya ada juga faktor-faktor lain yang harus diperhatikan, seperti : faktor guru, anak, situasi (lingkungan belajar), media, dll.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode,  yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya berceramah pada siang hari dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi yang sama maka bias dipastikan mereka akan melakukannya secara berbeda.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menajalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu   dengan yang lain.
C.     Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, serta pengalaman (experiential).
1.      Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan atau digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
2.      Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilisator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan strategi pembelajarn tak langsung adalah :
·         Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik,
·         Menciptakan alternative dan menyelesaikan masa;ah,
·         Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
·         Pemahaman yang lebih baik,
·         Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu yang panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
3.      Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing diantara peserta didik. Diskusi dan sharing memberikan kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan, dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, dan dapat mengorganisasikan pemikiran dan membangun argument yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
4.      Strategi Pembelajaran Pengalaman (Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan factor krisis dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
·         Meningkatkan partisipasi peserta didik,
·         Meningkatkan sifat kritis peserta didik,
·         Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
5.      Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bias dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
Kelebihan dari strategi pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri, dan bertanggungjawab. Kekurangannya adalah peserta didik (MI) belum dewasa, sehinggga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
D.    Komponen Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu system, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
E.     Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
1.      Strategi Pembelajaran Langsung
a.       Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran langsung adalah salah satu strategi pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap yakni selangkah demi selangkah.
Efektivitas strategi pembelajaran langsung dapat dicermati dari beberapa penelitian, menurut staillings,berdasarkan penenilitiannya mengemukakan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan peserta didik yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan strategi yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang berhasil,menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pembelajaran langsung.
Strategi ini menghendaki guru memberikan informasi latar belakang, mendemonstrasikan keterampilan yang sedang diajarkan,dan kemudian menyediakan waktu bagi peserta didik untuk latihan ketrampilan tersebut dan menerima umpan balik tentang bagaimana dan apa yang peserta didik lakukan. Pada umumnya,ini merupakan strategi yang seharusnya digunakan guru saat memperkenalkan strategi-strtegi belajar kepada peserta didik mereka.
Adapun ciri-ciri strategi pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
·         Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh strategi pada peserta didik termasuk prosedur penilaian belajar
·         Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
·         Sistem pengelolaan lingkungan belajar yang diperlukan agar kegiatan pembelajran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan,yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat di ungkapkan dengan kata-kata)  adalah pengetahuan tentang sesuatu,sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu  (kardi dan nur,2000). Contoh suatu pengetahuan deklaratif yaitu tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya (P=F/A). Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif diatas adalah bagaimana memperoleh rumus persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum dan rumus tertentu dalam bidang studi fisika,kimia,matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi faktual. Berbeda dengan informasi faktual,pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu,misalnya membandingaka efektivitas dua metode pembelajaran,menilai karya saatra dan lain-lain. Sering penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar peserta didik memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut,supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
Pembelajaran langsung menurut kardi  (1997) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasiakn langsung oleh guru kepada peserta didik. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran  harus seefisien mungkin,sehingga guru dapat merancang dengan tepat wakttu.
Strategi pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati. Agar efktif,pembelajaran langsung mensyaratkan ketrampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama (kardi dan nur,2000).
Menurut kardi dan nur,meskipun tujuan pembelajaranan dapat direncanakan bersama oleh guru dan peserta didik,strategi ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan peserta didik,yakni dengan memperhatikan.mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana.ini tak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter,dingindan tanpa humor.
b.      Pelaksanaan strategi  pembelajaran langsung
Setiap pelaksanaan pembelajaran baik strategi pembelajaran  langsung ataupun sebaliknya memerlukan tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru semenjak perencanaan pembelajaran,saat melaksanakan pembelajran,dan saat menilai hasilnya. Ciri unik yang terlihat dalam melaksanakan suatu pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :
·         Merumuskan tujuan
·         Memilih isi
·         Melakukan analisis tugas
·         Merencanakan waktu dan ruang
c.       Langkah-Langkah Dalam Strategi Pembelajaran Langsung
Langkah-langkah strategi pembelajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Langkah-langkah pembelajaran langsung meliputi tahapan berikut :
1)      Menyampaikan tujuan
Peserta didik perlu mmengetahui dengan jelas,mengapa mereka berpartisipasi dalam pelajaran tertentu dan mereka perlu mengetahui pula apa yang harus mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kepada peserta didik dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskan di papan tulis atau menempelkan informasi tertukis pada papan buletin yang berisi tahap-tahap dan isinya serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.
2)      Menyiapkan peserta didik
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik,memusatkan perhatian peserta didik pada pokok pembicaraan,dan mengingatkan kembali hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok pebicaraan yang akan dipelajari.
3)      Presentasi dan demonstrasi
Fase kedua pembelajaran langsung adalah melakukan persentasin atau demonstrasi pengetahuan dan ketrampilan. Kunci untuk berhasil ialah mempersentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demostrasi yang efektif.
4)      Kejelasan presentasi
Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesefisik kepada peserta didik mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar peserta didik. Sementara itu,para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang ditampilkan dan tidak menguasai teknik komunikasi yang jelas.
5)      Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi,bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah orang lain dapat menghemat waktu dan menghindari peserta didik belajar melalui “trial and error”.
Agar dapat menemonstrasikan suatu konsep atau ketrampilan dengan berhasil,guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau ketrampilan yang akan di demonstrasikan ,dan berlatih melkukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
6)      Mencapai pemahaman dan penguasaan
Untuk menjamin agar peserta didik memiliki tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya,guru perlu benar-benar memperhatiakan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi. Ini berarti, bila guru menghendaki agar semua peserta didiknya dapat melakukan sesuatu yang benar,guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa peserta didik bertingkah lakuyang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.
7)      Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif,dan memperhatikan aspek-aspek penting dari ketrampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
8)      Memberikan latihan terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksankan “pelatiha terbimbing” . keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi,membuat belajar berlangsung dengan lancar,dan memungkinkan peserta didik menerapkan konsep atau ketrampilan pada situasi yang baru.
Menurut kardi dan nur (dalam wina sanjaya) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.
·         Menguasai peserta didik melakukan latihan mulai dari tingkat dasar
·         Memberika pelatihan pada peserta didik sampai benar-benar menguasai konsep atau pelatihan yang dipelajari
·         Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan,pelatihan yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang ama dapat menimbulkan kejenuhan pada peserta didik
·         Memperhatiakan tahap-tahap awal pelatiahan yang mungkin saja peserta didik melakukan ketrampialan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.
Tahap resitasi,yaitu guru memberikan bebrapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada peserta didik dan memberikan respon terhadap jawaban mereka. Kegiatan ini merupakan aspek penting daam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya,latihan tidak banyak manfaatnya bagi peserta didik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik ,misalnya umpan balik secara lisan melalui tes, dan melalui komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik,peserta didik tak mengkin dapat memperbaiki kekurangannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan ketrampilan mantap.
Menurut Kardi dan Nur (dalam wina sanjaya) untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada peserta didik yang jumlahnya banyak dapat digunakan beberapa pedoman sebagai berikut.
·         Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan.
·         Mengupayakan umpan balik diberiakn dengan jelas dan spesifik agar peserta didik dapat saling membantu.
·         Umpan balik di tujukan langsung pada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut.
·         Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
·         Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.
·         Menunjukkan cara memberikan umpan balik negatif secara benar.
·         Membantu peserta didik memusatkan perhatianpada proses dan bukan pada hasil merupakan tanggung jawab guru peserta didik memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu.
·         Mengajari peseta didik cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.
Adapun Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Langsung adalah :
Keunggulan
Pembelajaran langsung merupakan strategi pembelajaran yang banyak digunakan pemakaiannya oleh karena itu strategi ini memiliki beberapa keunggulan,diantaranya ebagi berikut.
·         Guru dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik
·         Pengelolaan kelas lebih mudah
·         Pembelajaran tidak bergantung pada kesiapan peserta didik
·         Guru adalah sebagai satu-satunya sumber
·         Lebih mudah untuk mengontrol keberhasilan peserta didik
·         Untuk pembelajaran di kelas yang siwanya berjumlah besar,pembelajaran langsung lebih efektif
·         Waktu yang digunakan lebih pendek
Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan,pembelajaran langsung juga mempunyai kelemahan,diantaranya berikut ini.
·         Strategi pembelajaran langsung kurang mengaktifkan peserta didik
·         Strategi pembelajaran langsung kurang memperhatikan keragaman potensi peserta didik
·         Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh pencapaian kompetensi bukan penguasaan materi pembelajaran,pemebelajaran langsung akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
·         Pembelajaran langsung merupakan strategi yang hanya memperhatikan ranah kognitif dan kurang memperhatikan ranah afektif serta psikomotorik
Keragaman peserta didik akan menghambat pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student centered aproach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini peserta didik memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antar guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, heuriskein yang berarti saya menemukan.
Pendapat sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993) menyatakan bahwa discoveri merupakan bagian dari inquiri yang merupakan perluasan proses discoveri yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajra yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan  peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuaannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak peserta didik secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker dalam Joyce dan Weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan peserta didik menjadi terampil dalam memeperoleh serta menganalisis informasi.
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) berangkat  dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia mempunyai keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya hingga dewasa. Keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembangdengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfully) manakala didasari oleh pengetahuan itu. Untuk itu, strategi inkuiri dikembangkan.
a.       Ciri-Ciri Pembelajaran Inkuiri
Ada beberapa hal yang menjadi ciri strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas pesewrta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berpeeran untuk menemukan sendiri inti materi pelajaran.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan hal ini dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belif). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antar guru dan peserta didik. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama strategi pembelajaran inkuiri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan  strategi pembelajaran inkuiri dalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelkektual yang merupakan bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri  peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai mata pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara maksimal. Sebaliknya, peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Seperti yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran, tujuan pembelajara melalui strategi pembelajaran inkuiri adalah menolong peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin inteklektual dan keterampilan berpikir dengan meberikan peertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif apabila memperhatikan hal-hal dibawah ini :
·         Guru mengharapkan peserta didik dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demuikian dalam strategi pembelajaran inkuiri, penguasaan materi pelajaran bukan sebagai suatu tujuan utama pembelajran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
·         Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang pembuktian.
·         Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu peserta didik yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan pada peserta didik yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
·         Jumlah npeserta didik yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
·         Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada peserta didik.
Indrawati (1999) menyatakan, suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini karena model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Downey (dalam Joyce 1992) menyatakan hal berikut.
The core of good thinking is the avility to solve problems. The essence of problem solving is the ability to learn in piling situations. Thus, in the school of these particular dreams, learning how to learn pervades what is the taught, how it is taught, and the kind of place in which it is taught.”
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa indikasi dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situati proses berpikir. Dengan demikian, dalam implementasinya peserta didik hendaknya diajarkan bagaimana belajar meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, apa jenis kondisi belajar, dan bagaimana memperoleh  pandangan baru. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah strategi pembelajaran inkuiri.
b.      Sasaran Utama Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sasaran utama kegiatan strategi pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan (3) pengembangan sikap percaya pada peserta didik tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi peserta didik adalah :
·         Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengundang peserta didik berdiskusi,
·         Befokus pada hipotesis, dan
·         Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Berdasarkan uraian diatas peran guru dalan menciptakan kondisi tersebut sebagai berikut :
·         Motivator, yaitu memberi rangsangan agar peserta didik aktif dan bergairah berpikir.
·         Fasilitator, yaitu menunjukkan jalan keluar apabila peserta didik mengalami kesulitan.
·         Pemberi pertanyaan dan menyadarkan peserta didik dari kekeliruan yang mereka buat.
·         Administrator, yaitu bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
·         Pengarah, yaitu memimpin kegiatan peserta didik untuk mencxapai tujuan yang diharapkan.
·         Manajer, yaitu mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
·         Rewader, yaitu memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai peserta didik.
c.       Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik.  Perkembangan materi (intelaktual) ini menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
·         Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem syaraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) peserta didik. Otak bisa dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Menurut Sigelman dan Shaffer (1995), otak terdiri dari 100 miliar sel syaraf (neuron) dan setiap sel-sel syaraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) sel-sel syaraf lainnya. Neuron terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel bodi yang berfungsin sebagai penyalurn aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel syaraf lainnya.
·         Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.
·         Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan di samping aturannya sendiri. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini diperoleh melalui percakapan, diskusi, argumentasi dengan orang lain. Aktivitas-aktivitas semacam ini pada gilirannya dapat memunculkan pengalaman-pengalaman mental yang memungkinkan atau mewmaksa otak individu untuk bekerja. Kedua, melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi entric-nya, sedikit demi sedikit akan muncul kesadaran pada dirinya bahwa orang lain mungkin berbeda dengan dirinya. Pengalaman macam itu sangat bermanfaat untuk  mengembangkan konsep mental seperti kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral, dan sebagainya.
·         Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Adakalanya anak dituntut untuk pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki itu.
      Atas dasar penjelasan diatas, dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu :
·         Berorientasi pengembangan intelektual,
·         Prinsip interaksi,
·         Prinsip bertanya,
·         Prinsip belajar untuk berpikir,
·         Prinsip keterbukaan.

1)      Berorientasi pada pengembangan intelektual
      Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses pembelajaran. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran, namun sejauh mana peserta didik beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari ‘’sesuatu’’ yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
2)      Prinsip Interaksi
      Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru, bahkan interaksi antara peserta dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi bearti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai  pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar peserta didik bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui uinteraksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar peserta didik yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaup[un pada kenyataannya pemahaman peserta didik tentang substansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang, atau guru justru meninggalkan peran sebagai pengatur interaksi.
3)      Prinsip Bertanya
      Peran guru harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagau penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian besar dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah bertannya itu hanya sekadar untuk meminta perhatian peserta didik, melacak, mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji dan untuk tujuan-tujuan yang lain.
4)      Prinsip Belajar untuk Berpikir
      Belajar bukan hanya meningat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limnik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa peserta didik untuk berpikir logis dan rasional, membuat peserta didik dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu belajar berpikir logis dan rasional didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika, melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.


5)      Prinsip Keterbukaan
      Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, peserta didik perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalanya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjukan.
6)      Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
      Secara umum proses pembvelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Orientasi
b)      Merumuskan Masalah
c)      Mengajukan Hipotesis
d)     Mengumpulkan Data
e)      Menguji Hipotesis
f)       Merumuskan Kesimpulan
Setiap langkah dalam proses pembelajaran tersebut dijelaskan dibawah ini.
a)      Orientasi
Langkah orientasi ini adalah langkah untuk membina suasan atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preoperation dalam strategi pembelajaran ekspository (SPE) yaitu sebagai langkah untuk mengkondisikan agar peserta didik siap menerima pelajara, pada langkah orientasi dalam SPI, guru merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan peserta didik untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.  Tanpa kemauan dan kemampuan tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah sebagai berikut :
·      Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
·      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
·      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik.
b)     Merumuskan Masalah
Merumuskan merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalaan yang mengandung teka-teki. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh peserta didik. Peserta didik akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dal;am merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru bsebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan seabaiknya diserahkan kepada peserta didik.
Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar peserta dapat merumuskan maslah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, peserta didik tinggal mencari dan mendapatkan jawaban secara pasti.
Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh peserta didik. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa peserta didik sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan peserta didik dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsp-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.


c)      Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir dimulai dari kemampuan setiap individu menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu  dapat membuktikan tebakannya, ia akan sampai pada isi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) setiap peserta didik adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan dengan guru hendaknya dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, melainkan harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang memiliki wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d)     Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Sering terjadi kemacetan berinkuiri manakala peserta didik tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Hal itu biasanya ditunjukkan gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh peserta didik sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e)      Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukkan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, melainkan harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertangung jawabkan.
f)      Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran yang terjadi. Oleh karena banyakannya data yang diperoleh, kesimpilan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada peserta didik data mana yang relevan.
7)     Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Keunggulan SPI
SPI Merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan untuk digunakan guru karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan itu di antaranya sebagaai berikut.
·        SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini  dianggap lebih bermakna.
·        SPI dapat meberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sendiri dengan cara belajar mereka.
·        SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
·        Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.
Kelemahan SPI
Di samping memiliki keunggulan SPI juga memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut :
·        Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.
·        Perencanaan pembelajaran dengan strategi ini sulit karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
·        Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
·        Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran, SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPMB) merupakan pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada penyelesaian maslah. Salam penerapan strategi ini, guru memberikan stimulus pada peserta didik dengan mengangkat suatu permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai suatu topik masalah yang akan dikaji secara bersama-sama, sehingga dari hal itu peserta didik dibivieri kesempatan untuk menentukan topik pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas.
Dilihat dari aspek psikologis belajar, SPMB berdasarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah prosese perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antar individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit peserta didik akan berkembang secara utuh, tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problem yang dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofinya SPMB merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan, karena setiap manusia tidak bisa lepas dari masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai pada masalah yang kompleks, mulai dari masalah pribadi sampai masalah keluarga, sampai pada masalah sosial masyarakat. Oleh karena itu, sengan SPMB ini diharapkan setiap peserta didik bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan sering berlatih menyelesaikan masalah.
Dengan demikian, maka harapan dari strategi SPMB adalah bisa meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam hal penyelesaian masalah yang selama ini kurang diperhatikan guru, sehingga manakala peserta didik menghadapi masalah, banyak peserta didik yang tidak bisa menyelesaikannya dengan baik.
SPMB dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat ciri utama dari SPMB. Pertama, SPMB merupakan rangkaian aktivitar pembelajaran, artinya dalam implementasi SPMB ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. SPMB tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPMB peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengelola data, dan akhirnya mengumpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk bisa menyelesaikan masalah. SPMB menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakanmetode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Untuk mengimplementasikan SPMB, guru perlu memilih pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahn tersebut bisa diambil dari buku teks atau dri sumber-sumber lain misalnya dari peristiwayang terjadi di lingkungan kita. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
·        Guru menginginkan agar peserta didik tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetaoi memahami dan menguasainya secara penuh.
·        Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Guru menginginkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual peserta didik.
·        Guru ingin mendorong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya.
·         Guru ingin agar peserta didik memahami hubungan antar apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.
Beberapa ahli menjelaskan bentuk penerapan SPMB. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM, dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving) yaitu sebagai berikut :
a.      Perumusan masalah, yaitu langkahpesera didik menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.      Penganalisisan masalah, yaitu langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.      Perumusan hipotesis, yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.     Mengumpulkan data, yaitu langkah peserta didik mencari dan menggambarkan indormasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e.      Pengujian hipotesis, yaitu langkah pesera didik mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f.       Perumusan rekomnondasi pemecahan masalah, yaitu langkah peserta didik menggambarkan rekomondasi yang dapat dilakukan sesuai hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson dan Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPMB melalui kegiatan kelompok:
1)      Pendefinisian masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga peserta didik menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
2)     Pendiagnosisan masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.
3)     Perumusan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang tekah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap peserta didik didorong untuk mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dilakukan.
4)     Penentuan dan penerapan strategi, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5)     Pelaksanaan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Keunggulan SPMB
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPMB memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut :
·        Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
·        Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
·        Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan mereka.
·        Pemecahan masalah dapat membantu pesert didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
·        Pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lainnya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
·        Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
·        Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kriotis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Kelemahan SPMB
Di samping keunggulan, SPMB jega memiliki kelemahan, diantaranya :
·        Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
·        Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
Tanpa pemahaman, pemecahan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
4.      Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Ada lima unsur dalam pembelajaran ini menurut Johnson & Johnson, 1993, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.  Dalam strategi Pembelajaran ini, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu.
Kagan (1992) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Adapun Jacob (1999) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode instruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik.
Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok. Melalui strategi pembelajaran ini, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Memungkinkan juga semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Disini guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam PBM, tetapi sebagai mediator, stabilisator dan manajer pembelajaran. Belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :
Pertama, Positive interdependence, hal ini menunjukkan adanya saling ketergantungan diantara anggota kelompok. Bila salah satu gagal, maka yang lain akan ikut gagal. Jadi setiap anggota harus berusaha keras agar tercapai keberhasilan individual, karena setiap individu yang gagal dan berhasil akan saling mempengaruhi. Kedua, Individual accountability, jadi setiap individu mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kelompok agar hasil belajar menjadi baik. Ketiga, Face to face promotive interaction, maksudnya adalah setiap anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar tujuandan tugas yang diberikan dapat dikuasai oleh semua anggota kelompok. Keempat, Appropriate use of collaborative skills, dalam kelompok ini setiap individu berlatih untuk dapat dipercaya, mempunyai jiwa kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi, dan memiliki keterampilan untuk mengatur konflik. Kelima, Group processing, artinya setiap anggota harus dapat mengatur keberhasilan kelompok, secara berkala mengevaluasi kelompoknya, serta mengidentifikasi perubahan yang akan dilakukan agar pekerjaan kelompoknya lebih efektif lagi.
Strategi pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran, Ibrahim, ddk (2000:78) sebagai berikut:
Pertama, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa strategi ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Strategi struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Kedua, penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Ketiga, mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik harus mempelajari keterampilan keterampilan khusus atau peserta didik harus mempelajari keterampilan keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan. Keterampilan keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk (2000:47 55) antara lain:
a.       Keterampilan-keterampilan social
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain
b.      Keterampilan berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa-siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadp kelompok mereka.
c.       Keterampilan Berperan Serta
Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok.
d.      Keterampilan-keterampilan komunikasi
Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu tidak ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.
e.       Keterampilan-keterampilan kelompok
Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok dimana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka.
Prinsip Strategi Pembelajaran Koperatif
Strategi pembelajaran kooperatif ini terdiri dari tiga prinsip yaitu:
1)      Belajar aktif
Yaitu ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional dalam proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama didalam kelompok.
2)      Pendekatan Konstruktivistik
Dalam strategi pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan secara bersama-sama didalam kelompok. Mereka didorong umtuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan.
3)      Pendekatan Kooperatif
Pendekatan ini mendorong dari memberi kesempatan kepada siswa untuk terampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat.
Sedangkan Prinsip dari strategi pembelajaran kooperatif adalah:
·         Kemampuan kerjasama
·         Otonomi Kelompok
·         Interaksi Bersama
·         Keikutsertaan bersama
·         Tanggung jawab individu
·         Ketergantungan Positif
·         Kerjasama merupakan suatu nilai
Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan:
·         Melalui Strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan dapat belajar dari siswa yang lain.
·         Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengembangkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain
·         Strategi pembelajaran koopratif dapat membantu anak untuk respect pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan
·         Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
·         Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social
·         Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
·         Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).
·         Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Kekurangan :
·         Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu.
·         Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran langsung didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
·         Keberhasilan strategi pembelajaran langsung dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang
Dalam memulai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, maka guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru kemudian mengorganisasikan materi tugas yang akan dikerjakan bersama-sama dalam kelompok dengan mengembangkan lembar kerja siswa. Untuk memulai pembelajarannya, guru menjelaskan tujuan yang harus diperlihatkan siswa terlebih dahulu.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan perlakuan guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk.
5.      Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) yaitu suatu trategi yang digunakan oleh pendidik yang mengutamakan kemampuan berpikir siswa yang mana dalam menelaah masalah-masalah yang diangkatkan berdasarkan pengalaman-pengalaman siswa, dengan demikian siswa mudah memecahkan masalah yang diangkatkan. Dari pengertian ada beberapa hal yang terkandung, yaitu :
a.        SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dari metode SPPKB adalah siswa bukan sekedar dapat mengausai sejumlah materi pelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan ide-ide atau gagasan.
b.      Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan anak mendeskripsikan hasil pengamatan terhadap berbagai fakta dan data yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
c.       Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Dalam strategi pembelajaran ini materi tidak langsung disajikan begitu saja. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis. Antara  Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dan Strategi  Pembelajaran Inkuiri (SPI) memiliki persamaan yaitu sama-sama bertujuan agar siswa menemukan materi pelajaran sendiri. Perbedaannya terletak pada pola pembelajarannya yang digunakan. Dalam pembelajaran SPPKB, pendidik menggunakan mengalaman siswa sebagai titik  tolak.
Model pembelajaran SPPKB ini lebih mengarahkan kepada peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurut Reason, berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalnya, kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
Joyce dan Weil (1980) menempatkan model pembelajaran ini ke dalam bagian model pembelajaran cognitive growth : Increasing the capacity to think (perkembangan kognitif : Penambahan kapasitas  berpikir. Dalam SPPKB siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Persamaannya dengan Strategi inkuiri, siswa menemukan materi pelajaran sendiri, perbedaanya pada SPPKB guru menggunakan pengalaman siswa sebagai titik tolak berpikirnya, sementara dalam Inkuiri jawaban dicari dari berbagai sumber.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) memiliki tiga karakteristik, yaitu :
1)      Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada mental siswa secara maksimal. Siswa bukan hanya sekedar mandengar, tetapi juga mencatat dan menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Jadi, disetiap kegiatan belajar tidak hanya terjadi peristiwa adanya stimulus-respon saja tetapi dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Dalam proses implementasi proses SPPKB ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a)      Guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara mempelajarinya.
b)      Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif sisiwa ketika merencanakan topikyang harus dipelajari serta metoda apa yang akan digunakan.
c)      Guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan antar bagian yang dipelajari.
d)     Guru harus membantu siswa untuk memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
e)      Siswa harus aktif merespon dari apa yang mereka pelajari.
2)      SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka bangun sendiri.
3)      SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama penting, yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir sedangkan hasil belajar diarahkan untuk membangun pengetahuan penguasaan materi pemelajaran baru.
Untuk menggunakan SPPKB dalam proses pembelajaran, ada enam tahapan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu :
a)       Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Selanjutnya guru harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai baik yang berhubungan dengan penguasaan pelajaran maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir siswa. Kemudian guru menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
b)      Tahap Pelacakan
Tahapan pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan ini guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.
c)       Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang memerlukan jawaban atau jalan  keluar untuk merangsang peningkatatan berpikir siswa. Guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang akan dipecahkan. Oleh sebab itu, akan mendorong siswa untuk dapat berpikir.
d)     Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam SPKKB. Pada tahap ini siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Dalam tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan untuk mengembangkan gagsan dalam upaya pemecahan persoalan agar siswa dapat mengungkapkan fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan pendapat yang meyakinkan dan mengembangkan gagsannya.
e)      Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahap pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Siswa dituntut untuk menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik pembelajaran. Guru membimbing siswa melalui dialog agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. Tahapan dinamakan dengan tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.


f)       Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahap pemyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tujuannya agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Cara guru ditahapan ini yaitu memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
Dari tahapan-tahapan SPPKB diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar SPPKB dapat berhasil dengan sempurna, yaitu :
·         SPPKB bersifat demokratis, oleh sebab itu guru harus mampu mencipyakan suasana yang terbuka dan saling menghargai, sehingga setiap siswa dapat mengembangkan keamampuanya dalam menyampaikan pengalaman dan gagasan.
·         SPPKB dibangun dalanm suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan bertanya.
·         SPPKB merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialog. Oleh karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk menjawab pertanyan, mejelaskan, membuktikan dengna memberikan data dan fakta sosial serta keberanian mengeluarkan ide dan gagasan serta menyusun kesimpulan dan mencari hubungan antar aspek-aspek yang dipermasalahkan
F.      Beberapa Pertimbangan untuk Menentukan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat terkait dengan penyampaian materi dalam upaya mencapai kompetensi. Dalam menentukan strategi pembelajaran perlu memperhatikan 2 hal, yaitu : jenis kompetensi dan jenis materi yang akan diajarkan. Untuk mengajarkan kompetensi yang berjenis kognitif atau kompetensi yang berjenis psikomotor atau kompetensi yang berjenis afektif pasti akan membutuhkan strategi yang berbeda. Demikian pula jika mengajarkan materi dari jenis materi yang berbeda pasti akan memerlukan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Proses pengembangan strategi pembelajaran tersebut dapat digambarkan sebagaimana gambar dibawah ini:
Oval: Kompetensi Dasar
 


Rounded Rectangle: Jenis Materi :
Informatif
Konseptual
Prosedural
Keterampilan
Nilai
Sikap
 

Oval: Peroleh Belajar/ Kompeten
Oval: Materi
Oval: Media & Sumber Belajar
 








Misal, Kompetensi dasar menendang bola besar pada pembelajaran olahraga merupakan kompetensi berjenis psikomotor. Untuk mencapai kompetensi ini maka diperlukan materi yang berjenis prosedural. Karena materi yang akan disampaikan kepada siswa adalah berupa tata cara menendang bola. Dalam tata cara tersebut akan mengandung urutan-urutan bagaimana bola ditendang, itulah sebabnya materi ini berjenis prosedural, yaitu materi yang berkaitan dengan tahapan-tahapan dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan. Untuk mengajarkan materi ini tentu saja tidak cocok kalau disampaikan dengan strategi pembelajaran diskusi. Pencapaian kompetensi akan lebih cepat dapat dicapai dan perolehan belajar siswa akan tinggi jika materi tersebut disajikan dengan menggunakan demonstrasi atau peragaan. Berikut adalah contoh dalam kaitan dengan penentuan strategi pembelajaran.
Nama Sekolah                   : SMP/Mts
Mata Pelajaran                  : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester                  : IX/Ganjil
Alokasi Waktu                  : 12 x 40 menit
Standar Kompetensi         :Memahami akhlak terpuji terhadap lingkungan    sosial
Kompetensi Dasar             :Menjelaskan tentang akhlak terpuji terhadap sesama manusia
Indikator                           :
i.     Menjelaskan pengertian akhlak terpuji terhadap sesama manusia
ii.   Menyebutkan macam-macam akhlak terpuji terhadap sesama manusia
iii. Menjelaskan pengertian ta’aruf, tafahum, ta’awun, tasaamuh, jujur, adil, amanah, dan menepati janji.
Metode Pembelajaran       : - Ceramah
-   Tanya Jawab
-   Demonstrasi
Langkah Pembelajaran      :
1.      Kegiatan Awal
a.       Siswa membaca kemudian guru menerangkan
b.      Siswa mengartikan sifat-sifat terpuji
c.       Siswa menyebutkan macam-macam sifat terpuji
d.      Siswa membedakan antara sifat terpuji dengan sifat tercela
2.      Kegiatan Inti
-          Eksplorasi
·         Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan
·         Siswa memperhatikan dan mengajukan beberpa pertanyaan yang kurang jelas
-          Konsolidasi
·         Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi tersebut
-          Kegiatan Akhir
·         Mengingatkan kembali agar siswa dapat mempelajari atau mengulangi kembali pelajaran tersebut.
Jika dilihat dari Standar Kompetensi (SK) yang disajikan dalam contoh terlihat bahwa SK yang dibidik dalam contoh adalah pada tingkat “memahami”. Tingkatan kompetensi tersebut terlihat rendah atau boleh dikatakan tidak sesuai, karena untuk akhlak mulia seharusnya siswa tidak hanya memiliki pemahaman tetapi juga memiliki “kebiasaan”. Oleh karena itu, SK tersebut dapat ditingkatkan menjadi “memiliki kebiasaan melakukan akhlak terpuji terhadap lingkungan sosial”.
Demikian pula dengan kompetensi dasar (KD) yang mentargetkan kompetensi “menjelaskan akhlak terpuji terhadap sesama manusia” juga harus ditingkatkan menjadi “melakukan akhlak terpuji terhadap sesama manusia”. Demikian pula indikatornya juga harus ditingkatkan pada kompetensi siswa untuk mampu melakukan akhlak mulia, tidak hanya mampu menjelaskan.
Jika rencana pembelajaran diatas diubah kompetensinya menjadi “melakukan akhlak terpuji terhadap sesama manusia “ maka perencanaan pembelajarannya akan menjadi sebagaimana contoh berikut:
Nama Sekolah                   : SMP/Mts
Mata Pelajaran                  : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester                  : IX/Ganjil
Alokasi Waktu                  : 12 x 40 menit
Standar Kompetensi         :Membiasakan akhlak terpuji terhadap lingkungan    sosial
Kompetensi Dasar             :Melakukan akhlak terpuji terhadap sesama manusia
Indikator                           :
a.    Menjelaskan pengertian akhlak terpuji terhadap sesama manusia
b.   Menyebutkan macam-macam akhlak terpuji terhadap sesama manusia
c.    Menjelaskan pengertian ta’aruf, tafahum, ta’awun, tasaamuh, jujur, adil, amanah, dan menepati janji
d.   Melakukan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari
Metode Pembelajaran       : - Ceramah
-   Tanya Jawab
-   Demonstrasi
-   Role Playing
Langkah Pembelajaran      :
1.      Kegiatan Awal
a.       Siswa membaca kemudian guru menerangkan
b.      Siswa mengartikan sifat-sifat terpuji
c.       Siswa menyebutkan macam-macam sifat terpuji
d.      Siswa membedakan antara sifat terpuji dengan sifat tercela
e.       Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan kemudian masing-masing kelompok membuat sebuah drama/sandiwara yang dapat menggambarkan bagaimana perbuatan terpuji dilakukan.
2.      Kegiatan Inti
-          Eksplorasi
·         Masing-masing kelompok siswa memainkan drama/sandiwara tentang berbagai perbuatan baik yang telah direncanakan.
-          Konsolidasi pembelajaran
·         Siswa mengajukan beberapa pertanyaan yang kurang jelas
·         Siswa mendiskusikan beberapa hal yang menjadi pertanyaan
·         Guru menjelaskan kepada siswa tentang berbagai materi yang belum dipahami atau masih menjadi keraguan bagi siswa
·         Guru memberikan berbagai pertanyaan untuk dijawab oleh siswa
·         Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi ini
·         Guru memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan terpuji dalam kehidupannya sehari-hari, baik dilihat orang maupun tidak dilihat orang
-          Kegiatan Akhir
·         Mengingatkan kembali agar siswa dapat mempelajari dan melakukan kembali pelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan strategi pembelajaran dapat berpengaruh terhadap perubahan media yang digunakan. Perubahan tersebut pada akhirnya akan merubah waktu yang diperlukan dalam pencapaian kompetensi, dan perubahan waktu pada akhirnya akan mempengaruhi secara makro kalender akademik.
G.    Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Strategi Pembelajaran
Titik tolak untuk penentuan strategi belajar mengajar adalah perumusan tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara optimal, guru harus menentukan strategi yang paling efektif dan efisien untuk membantu siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Hal ini tampak sangat sederhana, tetapi sukar dipraktikkan karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Sekalipun demikian, strategi harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan secara efektif dan produktif, yaitu dengan cara sebagai berikut.
Pertama, menetukan tujuan dengan jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana, serta seberapa besar tingkat keberhasilan yang diharapkan. Pertanyaan ini tidak mudah dijawab sebab selain setiap siswa berbeda, setiap guru juga mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang berbeda. Disamping itu, tujuan yang bersifat afektif, seperti sikap dan perasaan, lebih sukar untuk diuraikan dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan bahwa strategi tersebut dapat membentuk siswa untuk mencapai hasil optimal.
Dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengatasi perbedaan kemauan siswa melalui berbagai jenis media instruksional. Misalnya, sekelompok siswa belajar melalui modul atau kaset audio, sementara guru membimbing kelompok lain yangdianggap masih lemah. Oleh karena itu, dalam menentukan criteria pemilihan strategi belajar mengajar menurut Gerlach dan Ely, ada beberapa criteria yang harus dipenuhi.
1.      Efisiensi
2.      Efektivitas
Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi yang efektif. Efisiensi akan menjadi pemborosan apabila tujuan akhir tidak tercapai. Cara untuk mengukur efektivitas adalah dengan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan strategi yang lain, strategi itu efisien.
3.      Kriteria lain
Penentuan strategi merupakan pertimbangan yang cukup penting. Strategi inquiry biasanya memberikan tantangan yang lebih intensif dalam hal keterlibatan siswa. Adapun strategi ekspositori, siswa cenderung lebih pasif. Guru yang kreatif akan melihat tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian memilih strategi yang efektif dan efisien.
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama temen, simulasi karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan mempergunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian metode dapat di kembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya, metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode . Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dasar pemilihan strategi pembelajaran beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan.
1.      Tujuan Pembelajaran 
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa kita tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola. Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu. Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a.       Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b.      Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformnce siswa.
c.       Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performancenya.
d.      Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar. Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).
2.      Aktivitas dan Pengetahuan Awal
Siswa Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.  Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk me- ngetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa. Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demons- trasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah. 
3.      Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi ju- ga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKN, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan. Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa. Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:
a.       Interaktif Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b.      Inspiratif Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memung- kinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada dasar- nya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.
c.       Menyenangkan Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
d.      Menantang Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencobaoba, berpikir intuitif atau ber- eksplorasi.
e.       Motivasi Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjuk- kan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
4.      Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya. Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti Bidang Studi Biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah atau problem yang mereka hadapi.
5.      Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertim- bangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan menga- takan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24 orang Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebu- tuhan individual lebih dapat dipenuhi. 
Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengata- kan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan  masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978). Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan me- rupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus  berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak- anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar