BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pembelajaran berbasis masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan
Problem-based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan
membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, terstruktur
melalui stimulus dalam belajar. PBL merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Menurut Arends (Trianto, 2009) pembelajaran berbasis masalah (PBM)
merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan
yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan
percaya diri
Pembelajaran Berbasis masalah (Problem Based learning), merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
kepada peserta didik. Melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah.
PBM merupakan suatu strategi yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada
masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat siswa menghadapi
masalah tersebut, mereka mulai menyadari bahwa hal demikian dapat dipandang
dari berbagai perspektif serta penyelesaikannya dibutuhkan
pengintegrasian informasi dari berbagai ilmu. PBM adalah masalah yang tidak terstruktur (ill-structure),
atau kontekstual dan menarik (contextual and engaging), sehingga
meransang siswa untuk bertanya dari berbagai perspektif.
What is
problem-based learning? It is a process of learning where a case problem is
presented to students who are asked to apply reasoning, questioning, researching, and critical
thinking to find a solution to the problem. Apa masalah-based learning itu? PBL adalah proses
belajar dimana kasus masalah disajikan kepada siswa yang diminta untuk
menerapkan penalaran, mempertanyakan, meneliti, dan berpikir kritis untuk
menemukan solusi untuk masalah ini.
B. KARAKTERISTIK
PROBLEM-BASED LEARNING
PBL
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
- belajar dimulai dengan suatu masalah
- memastikan bahwa masalah yang diberikan
berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa
- mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah,
bukan diseputar disiplin ilmu
- memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung
proses belajar mereka sendiri
- kolaborasi. Siswa bekerjasama dalam kelompok
kecil
- melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan
yaitu menuntut pembelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka
pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Terdapat tiga ciri utama dari strategi pembelajaran berbasis masalah. Pertama,
pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran,
artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
Pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar
mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi peserta
didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci proses
pembelajaran. Ketiga pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan dengan tahpan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
Kolaborasi
Model ini dicirikan dengan kerjasama antar mahasiswa dalam satu tim.
Kerjasama dalam menyelesaikan tugas kompleks dan meningkatkan temuan dan dialog
pengembangan keterampilan berpikir dan keterampilan social.
Prosedur pembelajaran Berbasis masalah
1. Tahap definisi
Kegiatan pembelajaran yang
perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a. Menguasai peserta didik untuk
mendiskusikan atau mencetuskan ide-ide berdasarkan pertanyaan atau pertanyaan
yang disajikan oleh guru
b. Mendeskripsikan apa yang
menjadi pemicu untuk mengerjakan atau melakukan tindak belajar secara
kolaborasi dan kompetisi.
c. Mengidentifikasikan masalah
apa yang dapat memicu sebagai bahan investigasi
2. Tahap Analisis
Kegiatan pembelajaran yang
perlu dilakukan ditahap ini adalah :
a. Mengadakan brainstorming
permasalahan yang akan diteliti
b. Mengidentifikasikan apa saja
yang dapat dijelaskan atau ditafsirkan di dalam kerja tim atau individual
tentang permasalahan ini.
c. Mengidentifikasi yang mana
yang bisa ditafsirkan tampak paling bermanfaat dan mengapa?
3. Tahap arahan penelitian
Kegiatan pembelajaran yang
perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a. Perumusan masalah riset atau
hipotesis untuk penyelidikan
b. Mengidentifikasi pengetahuan
apa yang perlu menyelidikan lebih lanjut dikerjakan kelompok dalam rangka untuk
memecahkan masalah.
c. Menggambarkan tugas riset
spesifik untuk diselesaikan
d. Melakukan pemufakatan
bagaimana kelompok atau individu-individu akan bekerjasama.
4. Tahap penelitian
Kegiatan pembelajaran yang
perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a. Mengidentifikasi pengetahuan
yang diperoleh dengan hubungan pertanyaan penyelidikan investigasi.
b. Mengidentifikasi bagaimana
kelompok atau penelitian individual dalam setiap minggu.
c. Melengkapi tugas
5. Tahap Sinteseis
Kegiatan pembelajaran yang
perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a. Meninjau ulang pengetahuan
baru yang diperoleh siswa.
b. Menyatukan temuan untuk
memahami masalah penyelidikan
c. Dilakukan refleksi proses
belajar
C. LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Langkah-langkah
pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan,
yaitu:
- mengidentifikasi masalah,
- mengumpulkan data,
- menganalisis data,
- memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada
dan analisisnya,
- memilih cara untuk memecahkan masalah,
- merencanakan penerapan pemecahan masalah,
- melakukan ujicoba terhadap rencana yang
ditetapkan, dan
- melakukan tindakan (action) untuk memecahkan
masalah.
Empat tahap
yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berfikir,
sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan
untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Tabel 1.
Sintaks Pembelajaran berbasis masalah (Arends:1997)
Tahap
|
Tingkah laku guru
|
Tahap-1
Orientasi siswa pada
masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemencahan masalah yang dipilih.
|
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
|
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Tahap-3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok.
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya.
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
(Tabel 1)
Fase 1 : Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini
sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan
oleh siswa dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan
mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan
motivasi agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Terdapat empat hal penting pada proses ini, yaitu:
- Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk
mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa
yang mandiri,
- Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak
mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks
mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
- Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini),
siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru
akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
- Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan
didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua
siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan
ide-ide mereka.
Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong siswa/mahasiswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah
sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu,
guru/dosen dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan
masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru/dosen sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang
spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan
eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting.
Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul
memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru
membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai
sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang
masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah
yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan
dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase
ini, guru mendorong siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima
secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat
siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta
tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan
mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video
tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model
(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat
dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan
hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik
jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orang tua,
dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5 : Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini
guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah
dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
D.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejalan dalam
pelaksanaan PBM terdapat proses yang harus dimunculkan, seperti: keterlibatan (engagement),
inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance),
Tanya jawab dan diskusi (debriefing).
- Keterlibatan bertujuan untuk mempersiapkan siswa
untuk berperan sebagai pemecah masalah (self-directed problem solver)
yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi
yang mampu mendorong untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan
menyelesaikannya.
- Inkuiri dan investigasi yang meliputi kegiatan
mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan implikasinya, serta kegiatan
mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Kinerja bertujuan menyajikan
temuan yang diperoleh.
- Tanya jawab dan diskusi, yaitu menguji keakuratan
dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang
dilakukan.
PELAKSANAAN
PBL:
1.
Tugas-tugas Perencanaan
Karena hakikat interaktifnya, model pembelajaran
berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya pembelajaran
yang berpusat pada siswa lainnya.
2. Penetapan Tujuan
Model PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu
siswa menjadi pemelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran
berbasis masalah bisa diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3. Merancang
Situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah
lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih
masalah yang akan diselidiki. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik,
mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan
kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
4. Organisasi
sumber daya dan rencana logistic
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa
dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam
pelaksanaanya biasa dilakukan di dalam kelas, diperpustakaan, atau
dilaboratorium, atau diluar sekolah.
Tugas Interaktif
- Orientasi
Siswa pada Masalah
- Mengorganisasikan
Siswa Untuk Belajar
- Membantu
penyelidikan Mandiri dan kelompok
1) Guru membantu
siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan
yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
2) Guru mendorong
pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan
tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam
rangka pemelajaran berdasarkan masalah.
3) Puncak
proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan
artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
5. Analisis dan
evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan
pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
6. Lingkungan
Belajar dan tugas-tugas manajemen
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam
pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model pengajaran berdasarkan masalah
adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat
menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat sebab kecepatan
penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model pengajaran
berdasarkan masalah siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap),
dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Mengakibatkan
diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
7. Assesmen dan
Evaluasi
Dalam model pengajaran berdasarkan masalah focus
perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena
itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis
atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test).
Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model
pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur
penilaian alternative yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa,
misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kinerja dapat
berupa assesmen pengamatan, assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan
sebuah hipotesa, dsb.
D. KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
·
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Peserta didik
memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara
guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
2. Peserta didik
mempunyai keterampilan mengatasi masalah.
3. Peserta didik
mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
4. Peserta didik
dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen
5. Keterampilan
berfikir tingkat tinggi, menurut Resnick ciri-ciri berfikir tingkat tinggi
adalah:
a) Bersifat
non-algoritmatik, artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan
sebelumnya.
b) Bersifat
kompleks, artinya mampu berfikir dalam berbagai perspektif atau mampu
menggunakan sudut pandang.
c) Banyak solusi,
artinya mampu mengemukakan dan menggunakan berbagai solusi dengan
mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan masing-masing.
d) Melibatkan
interpretasi.
e) Melibatkan
banyak criteria, artinya tidak semua yang menghubung dengan tugas yang
ditangani telah diketahui.
f) Melibatkan
pengajuan diri proses-proses berfikir.
g) Menentukan
makna, menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan. Mampu
mengidentifikasi pola pengetahuan.
h) Membutuhkan
banyak usaha.
·
Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Memungkinkan
peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.
2. Memungkin
peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi dalam
waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.
a) Sulitnya mencari
problem yang relevan
b) Sering terjadi
mis konsepsi
E. MANFAAT
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
- Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks
aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
- Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka
lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga
masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan
sekaligus selama pembelajaran berlangsung;
- PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar