Senin, 15 Juli 2013

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Pembelajaran berbasis masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan Problem-based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, terstruktur melalui stimulus dalam belajar. PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Menurut Arends (Trianto, 2009) pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri
Pembelajaran Berbasis masalah (Problem Based learning), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
PBM merupakan suatu strategi yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat siswa menghadapi masalah tersebut, mereka mulai menyadari bahwa hal demikian dapat dipandang dari berbagai perspektif serta penyelesaikannya dibutuhkan pengintegrasian informasi dari berbagai ilmu. PBM adalah masalah yang tidak terstruktur (ill-structure), atau kontekstual dan menarik (contextual and engaging), sehingga meransang siswa untuk bertanya dari berbagai perspektif.
What is problem-based learning? It is a process of learning where a case problem is presented to students who are asked to apply reasoning, questioning, researching, and critical thinking to find a solution to the problem. Apa masalah-based learning itu? PBL adalah proses belajar dimana kasus masalah disajikan kepada siswa yang diminta untuk menerapkan penalaran, mempertanyakan, meneliti, dan berpikir kritis untuk menemukan solusi untuk masalah ini.

B.     KARAKTERISTIK PROBLEM-BASED LEARNING
PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
  1. belajar dimulai dengan suatu masalah
  2. memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa
  3. mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
  4. memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
  5. kolaborasi. Siswa bekerjasama dalam kelompok kecil
  6. melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan yaitu menuntut pembelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Terdapat tiga ciri utama dari strategi pembelajaran berbasis masalah. Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi peserta didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci proses pembelajaran. Ketiga pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan dengan tahpan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Kolaborasi
Model ini dicirikan dengan kerjasama antar mahasiswa dalam satu tim. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas kompleks dan meningkatkan temuan dan dialog pengembangan keterampilan berpikir dan keterampilan social.
Prosedur pembelajaran Berbasis masalah
1.      Tahap definisi
Kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a.       Menguasai peserta didik untuk mendiskusikan atau mencetuskan ide-ide berdasarkan pertanyaan atau pertanyaan yang disajikan oleh guru
b.      Mendeskripsikan apa yang menjadi pemicu untuk mengerjakan atau melakukan tindak belajar secara kolaborasi dan kompetisi.
c.       Mengidentifikasikan masalah apa yang dapat memicu sebagai bahan investigasi
2.      Tahap Analisis
Kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan ditahap ini adalah :
a.       Mengadakan brainstorming permasalahan yang akan diteliti
b.      Mengidentifikasikan apa saja yang dapat dijelaskan atau ditafsirkan di dalam kerja tim atau individual tentang permasalahan ini.
c.       Mengidentifikasi yang mana yang bisa ditafsirkan tampak paling bermanfaat dan mengapa?
3.      Tahap arahan penelitian
Kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a.       Perumusan masalah riset atau hipotesis untuk penyelidikan
b.      Mengidentifikasi pengetahuan apa yang perlu menyelidikan lebih lanjut dikerjakan kelompok dalam rangka untuk memecahkan masalah.
c.       Menggambarkan tugas riset spesifik untuk diselesaikan
d.      Melakukan pemufakatan bagaimana kelompok atau individu-individu akan bekerjasama.
4.      Tahap penelitian
Kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a.       Mengidentifikasi pengetahuan yang diperoleh dengan hubungan pertanyaan penyelidikan investigasi.
b.      Mengidentifikasi bagaimana kelompok atau penelitian individual dalam setiap minggu.
c.       Melengkapi tugas
5.      Tahap Sinteseis
Kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kegiatan:
a.       Meninjau ulang pengetahuan baru yang diperoleh siswa.
b.      Menyatukan temuan untuk memahami masalah penyelidikan
c.       Dilakukan refleksi proses belajar

C.     LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
  1. mengidentifikasi masalah,
  2. mengumpulkan data,
  3. menganalisis data,
  4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
  5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
  6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
  7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
  8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berfikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran berbasis masalah (Arends:1997)
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemencahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Tabel 1)

Fase 1 : Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Terdapat empat hal penting pada proses ini, yaitu:
  1. Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri,
  2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
  3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
  4. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa/mahasiswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru/dosen dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru/dosen sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting.
Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5 : Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

D.    PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejalan dalam pelaksanaan PBM terdapat proses yang harus dimunculkan, seperti: keterlibatan (engagement), inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance), Tanya jawab dan diskusi (debriefing).
  • Keterlibatan bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah (self-directed problem solver) yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mampu mendorong untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikannya.
  • Inkuiri dan investigasi yang meliputi kegiatan mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan implikasinya, serta kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Kinerja bertujuan menyajikan temuan yang diperoleh.
  • Tanya jawab dan diskusi, yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang dilakukan.

PELAKSANAAN PBL:
1.      Tugas-tugas Perencanaan
Karena hakikat interaktifnya, model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
2.      Penetapan Tujuan
Model PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pemelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis masalah bisa diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3.      Merancang Situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
4.      Organisasi sumber daya dan rencana logistic
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam pelaksanaanya biasa dilakukan di dalam kelas, diperpustakaan, atau dilaboratorium, atau diluar sekolah.
*      Tugas Interaktif
  1. Orientasi Siswa pada Masalah
  2. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar
  3. Membantu penyelidikan Mandiri dan kelompok
1)      Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.
2)      Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pemelajaran berdasarkan masalah.
3)      Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
5.      Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
6.      Lingkungan Belajar dan tugas-tugas manajemen
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model pengajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat sebab kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
7.      Assesmen dan Evaluasi
Dalam model pengajaran berdasarkan masalah focus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test).
Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternative yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kinerja dapat berupa assesmen pengamatan, assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan sebuah hipotesa, dsb.

D.    KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
·         Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
2.      Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.
3.      Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
4.      Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen
5.      Keterampilan berfikir tingkat tinggi, menurut Resnick ciri-ciri berfikir tingkat tinggi adalah:
a)      Bersifat non-algoritmatik, artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya.
b)      Bersifat kompleks, artinya mampu berfikir dalam berbagai perspektif atau mampu menggunakan sudut pandang.
c)      Banyak solusi, artinya mampu  mengemukakan dan menggunakan berbagai solusi dengan mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan masing-masing.
d)     Melibatkan interpretasi.
e)      Melibatkan banyak criteria, artinya tidak semua yang menghubung dengan tugas yang ditangani telah diketahui.
f)       Melibatkan pengajuan diri proses-proses berfikir.
g)      Menentukan makna, menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan. Mampu mengidentifikasi pola pengetahuan.
h)      Membutuhkan banyak usaha.
·         Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.
2.      Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.
a)      Sulitnya mencari problem yang relevan
b)      Sering terjadi mis konsepsi

E.     MANFAAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

  • Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
  • Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung;
  • PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar